Takdir Anak IT – Part 2: Jejak Digital

Langkah kaki Putra bergema di lorong kampus yang sudah hampir sepi. Di layar ponselnya, notifikasi terus berdenting bukan dari media sosial, tapi dari server rahasia yang ia pasang diam-diam. Ada aktivitas aneh: seseorang mencoba mengakses database keamanan kota, persis di titik yang kemarin ia lindungi.

Ia berhenti sejenak di dekat taman, menatap layar.
"Ini bukan hacker biasa… dia tahu setiap gerakanku," pikirnya.

Di sisi lain kota, gadis berjaket abu-abu sedang menatap layar laptop tipis. Jemarinya lincah, menembus lapisan firewall yang bahkan tim IT pemerintah pun butuh berjam-jam untuk memecahnya. Senyum tipis muncul di wajahnya. “Kita akan bertemu, Putra…” bisiknya.


Pertemuan Tak Terduga

Keesokan harinya, Putra duduk di kafe langganannya, mencoba fokus mengerjakan tugas skripsi. Tapi pikirannya terus melayang pada serangan siber tadi malam. Saat itulah, kursi di depannya bergerak. Seorang gadis duduk tanpa permisi.

“Putra, kan? Anak IT yang katanya sudah meretas seribu situs yang memiliki keamanan tingkat tinggi dan membuat virus dengan sekali klik langsung menyebar ke server dalam waktu 5 menit.”
Putra terkejut. “Kamu siapa?”
“Orang yang mencoba meretas keamanan kota semalam.”

Putra langsung berdiri, tapi gadis itu mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk tenang. “Namaku Aruna. Kita punya musuh yang sama… tapi cara kita berbeda.”


Bayangan Masa Lalu

Di tengah pembicaraan mereka, Aruna mengungkapkan bahwa ia mencari dalang di balik AI bernama Nexora, sistem yang bisa memanipulasi data publik untuk mengubah opini masyarakat. Nexora-lah yang bertanggung jawab atas kebakaran misterius di rumah Aruna beberapa tahun lalu, yang merenggut nyawa adiknya.

Putra terdiam. Ia teringat sesuatu—logo di server Nexora sama dengan logo yang pernah ia lihat di dokumen rahasia milik ayahnya sebelum ayahnya meninggal.


Rencana Gila

Aruna menunjukkan peta server pusat Nexora. Lokasinya tersembunyi di gedung tua yang terlihat seperti gudang biasa. Untuk menghentikannya, mereka harus menyusup langsung ke sana dan menanam “kode tidur”—virus buatan Putra yang bisa mematikan AI tanpa meninggalkan jejak.

Putra menatap Aruna. “Kalau kita gagal, kita mungkin nggak keluar hidup-hidup dari sana.”
Aruna tersenyum getir. “Kalau kita nggak coba, kita semua akan hidup dalam kebohongan.”


Akhir yang Menggantung

Malam itu, di atap sebuah gedung, Putra dan Aruna bersiap dengan laptop, antena gelombang mikro, dan headset komunikasi. Dari kejauhan, lampu-lampu gudang berkelip aneh—seolah Nexora tahu mereka sedang datang.

Putra menarik napas panjang. “Sekali masuk, nggak ada jalan kembali.”
Aruna memandangnya. “Aku tahu… dan aku nggak akan lari.”

Mereka saling mengangguk… lalu melompat turun ke kegelapan, menuju pusat rahasia yang akan mengubah takdir mereka berdua.

Bersambung ke Part 3…


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Skripsi Sistem Pakar Tanpa Bab Pembahasan

Takdir Anak IT – Part 6: Pertempuran di Quantum Hive