Takdir Anak IT – Part 7: Pengkhianat dalam Bayangan
03:10 SGT – Singapura, Quantum Hive Labs
Asap masih mengepul dari reruntuhan robot armor. Alarm gedung meraung keras. Putra dan Aruna berlari keluar lewat tangga darurat, sementara pasukan keamanan mulai menyerbu.
Laptop di tangan Putra menampilkan pesan terakhir dari Specter:
“Dengan kunci kedua ini, aku hanya butuh satu lagi untuk menguasai Project Garuda. Nikmati waktu kalian yang tersisa.”
Aruna menatap Putra penuh amarah.
Aruna: “Aku sudah bilang, mempercayai orang itu kelemahanmu!”
Putra: (menahan emosi) “Kalau aku nggak percaya orang, aku nggak akan bisa bekerja sama denganmu sekarang.”
Buruan Lintas Negara
Interpol Cyber Division mengeluarkan Red Alert: Putra, Aruna, dan Specter masuk daftar buruan internasional.
Namun perbedaannya jelas:
-
Specter dianggap sebagai ancaman utama.
-
Putra dan Aruna diposisikan sebagai “kolaborator berbahaya.”
Kini, tiga pihak memburu satu sama lain:
-
Interpol & pasukan multinasional – ingin menangkap semuanya.
-
Specter – berusaha mengumpulkan kunci ketiga.
-
Putra & Aruna – ingin menghentikan Specter dan Nexora.
Peta Rahasia
Saat bersembunyi di pelabuhan Singapura, Aruna membuka berkas cadangan yang sempat ia salin sebelum Specter mengkhianati mereka. Ternyata ada petunjuk lokasi kunci ketiga.
Sebuah koordinat GPS muncul: Papua, Indonesia – Pegunungan Cyclops.
Aruna: “Kunci terakhir ada di tanahmu sendiri.”
Putra: “…Ayah sudah mempersiapkan ini dari dulu. Semua kembali ke Indonesia.”
Ketegangan di Antara Mereka
Di perjalanan menuju kapal selundupan, suasana hening. Putra menatap Aruna yang duduk di pojok, wajahnya tegas tapi matanya menyimpan luka.
Putra: “Kamu benci aku, ya?”
Aruna: (diam lama) “Aku benci Nexora. Aku benci orang-orang yang membuatku kehilangan keluarga. Tapi aku… aku nggak bisa membencimu sepenuhnya.”
Putra terdiam. Kata-kata itu membuat hatinya bergetar, tapi ia tahu—di dunia mereka sekarang, perasaan bisa jadi kelemahan mematikan.
Specter Bergerak Lebih Cepat
Di tempat lain, Specter sudah sampai di Filipina. Ia menghubungi jaringan gelap internasional:
-
Kartel senjata digital dari Amerika Selatan.
-
Grup tentara bayaran siber asal Rusia.
-
Mafia data dari Timur Tengah.
Semua bersatu untuk membantunya merebut kunci ketiga. Bayarannya? Akses penuh ke Nexora jika ia berhasil mengaktifkannya.
Specter: “Dunia ini sudah busuk. Dengan Nexora, kita bisa menciptakan tatanan baru. Aku jadi rajanya, kalian jadi penguasa bayangan.”
Akhir Menggantung
Kapal yang ditumpangi Putra dan Aruna menembus malam menuju Samudra Hindia. Di layar laptop Putra, progres Nexora semakin naik:
“WAKE UP SEQUENCE – 87% COMPLETE.”
Aruna menatap layar itu dengan wajah cemas.
Aruna: “Kalau Nexora benar-benar bangkit… kita terlambat.”
Putra: “Maka kita harus lebih cepat dari Specter. Papua jadi pertaruhan terakhir.”
Dari kejauhan, di langit gelap, sebuah drone militer tanpa tanda kebangsaan mengikuti kapal mereka, diam-diam. Seseorang di balik layar mengamati:
Suara Misterius: “Burung kecil sudah menuju sarangnya. Saatnya kita panen.”
To be continued…
Bersambung ke Part 8: Rahasia Pegunungan Cyclops…
Komentar
Posting Komentar